Rabu, 06 November 2013

DASAR DASAR ILMU TANAH (DDIT)
PROSES PEMBENTUKAN TANAH PADA HUTAN TROPIS
DI INDONESIA



Oleh:
T A R W I N
D1 B5 12 001










JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSTIAS HALU OLEO
2013






KATA PENGANTAR
            Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga susunan Piper tentang Proses Pembentukan Tanah Pada Hutan Tropis ini dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan harapan.
            Penulis mengharapkan agar dengan adanya piper ini para pembaca dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan baru yang dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut membantu dalam penyusunan Piper ini.
            Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Piper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang sifanya membangun demi penyempurnaan Piper tersebut.



                                                                                                      Kendari,     Sptember 2012

                                                                                                      Penulis















Daftar Isi





























Daftar Gambar



























                                                                                                                    

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak, tempat tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl). Dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat – zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Tanah yang ada di bumi ini, tidak langsung terjadi secara tiba – tiba. Akan tetapi, melalui beberapa proses hingga menjadi tanah yang seperti sekarang. Mulai dari berbentuk batuan hingga mengalami pelapukan dan berubah menjadi tanah.
Proses pembentukan tanah dan faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukannya akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya.







B.    Tujuan
Tujuan di buatnya piper ini adalah sebagai  berikut:
1.       Mengetahui pengertian tanah
2.      Mengetahui proses pembentukan tanah serta horizon-horizon tanah pada hutan tropis
3.      Menetahui komponen-komponen pembentukan tanah
4.      Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah

C.    Manfaat
faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah Manfaat dari di butnya piper ini adalah:
1.       Mahasiswa dapat mengetahui pengertian tanah
2.      Mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan tanah serta horizon-horizon tanah pada hutan tropis
3.      Mahasiswa dapat menetahui komponen-komponen pembentukan tanah
4.      Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor pembentukan tanah.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tanah
Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak dapat bertahan hidup tanpa ada lapisan tanah. Sebenarnya, tanah berasal dari batuan. Batuan akan mengalami pelapukan menjadi butiran-butiran yang sangat halus. Lama-kelamaan butiran-butiran halus ini bertambah banyak dan terbentuklah tanah. Batuan banyak sekali jenisnya. Setiap jenis batuan mempunyai tingkat pelapukan yang berbeda-beda. Secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl). Dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat – zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan. 
Tanah yang ada di bumi ini, tidak langsung terjadi secara tiba – tiba. Akan tetapi, melalui beberapa proses hingga menjadi tanah yang seperti sekarang. Mulai dari berbentuk batuan hingga mengalami pelapukan dan berubah menjadi tanah.
v  Pengertian Tanah Menurut beberapa Ahli
  • J.J. Berzelius (swedia, 1803), tanah adalah sebagai laboratorium kimia tempat proses dekomposisi dan reaksi kimia yang berlangsung secara tersembunyi.
  • Justus Von Liebig (jerman 1840), mengajuka teori keseimbangan hara tanaman (theory balanchesheet of plan naturation), yang menganggap tanah sebagai tabung reaksi dimana dapat di ketahui jumlah dan jenis hara tanamannya.
  • Fiedrich Fallon (1855), ahli geologi tanah adalah lapisan bumi teratas yang terbentuk dari batu-batuan  yang telah lapuk.
  • Ahli fisika bumi, A.S. Thaer (1909) tanah adalah bahan-bahan  yang remah dan lepas-lepas yang merupakan  akumulasi dan campuran berbagai bahan terutama terdiri atas unsur-unsur Si, Al, Ca, Mg, Fe dan unsur-unsur lainnya.
  •  Thornbury (1957), seorang ahli geomorfologi  tanah sebagai bagian dari permukaan bumi yang ditandai oleh lapisan yang sejajar dengan permukaaan bumi, sebagai hasil modifikasi oleh proses-proses fisik, kimiawi, maupun biologis yang bekerja di bawah kondisi yang bermacam-macam dan bekerja selama periode tertentu. 
  • Dokuchaiev (Rusia 1855) tanah adalah bentukan-bentukan mineral dan organic dipermukaan bumi, yang sedikit banyak selalu diwarnai oleh humus, sebagai hasil kegiatan kombinasi bahan-bahan seperti jasad-jasad baik yang hidup maupun yang mati, bahan induk dan relief. 
  • C.F. Marbut (Rusia 1914) tanah sebagai lapisan luar kulit bumi yang biasanya bersifat tidak padu (unconsolidated), gembur mempunyai sifat tertentu yang berbeda dengan bahan di bawahnya dalam hal warna, struktur, sifat-sifat fisik, susunan kimiawi, proses-proses kimia, sifat biologi dan morfologinya. 
  • Schroeder (1984) tanah adalah hasil pengalihragaman (transformation) bahan mineral dan organik yang berlangsung di muka daratan bumi di bawah pengaruh factor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu sangat panjang, dan maujud sebagai suatu tubuh dengan organisasi dan morfologi tertakrifkan (definable). 
  • SSM-USDA (1989) tanah diartikan sebagai kumpulan tubuh-tubuh alam dipermukaan bumi yang dibeberapa tempat diubah atau dibuat oleh orang menjadi bentuk-bentuk tertentu, yang mengandung mahkluk  hidup dan menopang atau mampu untuk tumbuh tanaman secara alami. 
  • Humphry Davy (Inggris 1913), tanah adalah sebagai laboratorium alam yang menyediakan unsur hara bagi tanaman. 
  • Romman (Jerman !917) tanah adalah sebagai bahan batuan yang sudah di rombak menjadi partikel-partikel kecil yang telah berubah secara kimiawi bersama-sama dengan sia-sia tumbuhan hewan yang hidup di dalam dan di atasnya.
  • Wenner (1918), tanah adalah hitam tipis yang menutupi bahan padat kering, terdiri atas partikel-partikel kecil yang remah dan sisa-sisa vegetasi dan hewan tanah adalah medium bagi tanaman. 
  • Alfred Mistscherlich (1920), tanah adalah campuran bahan padat berupa partikel-partikel kecil air dan udara yang mengandung hara dan dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
  • Jacob S. Joffe (1949), tanah merupakan benda lam yang tersusun oleh horison-horison yang terdiri dari bahan-bahan kimia mineral  dan bahan organik, biasanya tidak padu dan mempunyai tebal yang dapat di bedakan dalam hal morfologi fisik,kimia dan biologinya. 
  • E. Saifudin Sarief (1986) tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun dari bahn-bahan mineral sebagai hasil pelapukkan batuan dan bahan organik (pelapukkan sisa tumbuhan dan hewan), yang merupakan medium pertubuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu  yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukkan. 
  • M. Isa Darmawijaya, tanah merupakan akumulasi alam bebas yang menduduki sebagian planet bumi yang mampu menumbuhkan tumbuhan dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induknya dalam keadaan relief tertentu selama jangka  waktu tertentu.
  • James (1995), tanah adalah salah satu sistem bumi, yang bersama dengan sistem bumi lainya, yaitu cair alami dan atmosfer, menjadi inti fungsi, perubahan, dan kemantapan ekosistem.
B.    Proses pembentukan tanah pada hutan tropis.
Pembentukan tanah di bagi menjadi empat tahap:
  1. Batuan yang tersingkap ke permukaan bumi akan berinteraksi secara langsung dengan atmsosfer dan hidrosfer. Pada tahap ini lingkungan memberi pengaruh terhadap kondisi fisik. Berinteraksinya batuan dengan atmosfer dan hidrosfer memicu terjadinya pelapukan kimiawi.
  2. Setelah mengalami pelapukan, bagian batuan yang lapuk akan menjadi lunak. Lalu air masuk ke dalam batuan sehingga terjadi pelapukan lebih mendalam. Pada tahap ini di lapisan permukaan batuan telah ditumbuhi calon makhluk hidup.
  3. Pada tahap ke tiga ini batuan mulai ditumbuhi tumbuhan perintis. Akar tumbuhan tersebut membentuk rekahan di lapisan batuan yang ditumbuhinya. Di sini terjadilah pelapukan biologis.
  4. Di tahap yang terakhir tanah menjadi subur dan ditumbuhi tanaman yang ralatif besar


Tanah di hutan hujan tropis adalah tanah yang berumur sangat tua, kecuali tanah vulkanik. Periode Pleistocene tidak berpengaruh sama sekali pada tanah disini, dan kemungkinan besar tanah disini berasal dari periode Tertiary.
              Periode Tertiary merupakan periode dimana pembentukan batubara.
Di Indonesia periode Tertiary terjadi dalam kurun waktu 2 juta sampai 65 juta tahun yang lalu.
Batubara mengandung kadar air dan bahan mineral pembentuk abu. Karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen juga terdapat dalam batubara. Kombinasi dari unsur-unsur tersebut serta pangsa dari zat terbangnya, air, dan abu sangat bervariasi diantara berbagai jenis batubara.
               




v  Pembentukan Horizon – Horizon Utama Tanah
 Tanah terdiri dari berbagai lapisan, lapisan yang terbentuk secara horizontal ini di sebut dengan Horizon. Dan lapisan – lapisan horizon ini terbentuk melalui beberapa tahapan, yaitu :
Tahap Pembentukan Horizon C
Tahap pembentukan Horizon C yaitu tahap pelapukan batuan menjadi tanah mineral, sebagai akibat dari efek komponen iklim terhadap batuan. Efek iklim ini mempengaruhi sifat fisik dan kimia batuan sehingga sifat dan atau kimia batuan berubah menjadi tanah mineral dengan indikator berbentuk Horizon C sebagai satu – satunya horizon. Horozon C dapat juga berasal dari translokasi dan deposisi bahan atau lapisan (horizon) tanah yang tererosi dari tempat lain yang disebut dengan bahan coluvium dan aluvium laut dan sungai.
Tahap pembentukan Horizon O atau Pertumbuhan Vegetasi
Pada tahap ini terjadi pertumbuhan vegetasi di atas horozon C, kemudian mati atau melepas sisa – sisa bagian tanaman yang mati, tertimbun di permukaan atau kemudian terdekomposisi menjadi humus atau tetap berupa seresah. Timbunan ini membentuk horizon O (organik) atau H (histik). Bahan organik dapat berasal dari sisa atau vegetasi yang tumbuh di atas horizon C tersebut atau berasal dari tempat lain.
Dengan demikian Horizon O ialah horizon timbunan bahan organik, berwarna gelap bila sudah terdekomposisi, terdapat dan terlihat adanya jaringan tumbuhan dan umumnya terletak di permukaan tanah, berstruktur lepas atau gembur (remah).

Tahap Pembentukan Horizon A
Horozon A terbentuk dari hasil percampuran antara tanah mineral dengan bahan organik yang dapat dilakukan oleh:
– Organisme tanah (dekomposisi dan mineralisasi serta metabolisme)
– Manusia (pengolahan tanah dan pemupukan)
– Proses alam lainya.
Ada korelasi positif antara tebalnya horizon O dan A, dengan banyaknya organisme tanah. Semakin mudah bahan organik tersebut dikomposisi dan dimineralisasi dan semakin banyak organisme tanah maka semakin tebal horizon A. Dengan demikian Horizon A ialah horizon permukaan tanah mineral yang berwarna gelap atau kehitaman, berstruktur gembur (crumb), bertekstur sedang hingga kasar, berpori makro lebih banyak daripada pori mikro (poros), konsistensinya lepas-lepas hingga agak teguh, mempunyai batas horizon cukup jelas dengan horizon yang ada di atas atau dibawahnya, terdapat banyak perakaran dan krotovinasi (lubang cacing atau bekas akar yang mati, yang telah terisi oleh bahan lain selain matrik tanah itu sendiri).
Tahap Pembentukan Horizon B
Horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya pencucian (elluviasi) koloid liat dan atau koloid organik pada horizon A hingga terbentuk horizon Albik (E) kemudian ditimbun pada horizon yang ada dibawahnya (illuviasi).
Dengan demikian Horizon B ialah horizon tanah dibawah permukaan (sub horizon) bertekstur gumpal atau prismatik atau tiang (kolumnar) berwarna lebih merah dari horizon lainnya. Berkonsistensi teguh hingga sangat teguh, dan berwarna lebih merah.

Gambar Lapisan Tanah (Horizon Tanah)




Profil tanah pada gambar di atas memperlihatkan beberapa lapisan tanah secara vertikal dari permukaan bumi (bagian atas) sampai batuan induk.
Berikut ini bagian – bagain lapisan tanah menutrut gambar 2 :
Horizon O, Bagian teratas yang kaya bahan – bahan organik berbentuk humus disebut bagian serasah.
Horizon A Lapisan tanah atas (top soil)
Horizon E (Eluviation layer), lapisan ini terbuat dari pasir dan lapisan lumpur
Horizon B (Sub Soil) yang terdiri dari lempung dan kandungan mineral seperti besi, alumunium, dll.
Horizon C (Regolith) merupakan lapisan bebatuan kecil yang terletak antara subsoil dengan bedrock.
Horizon R (Bed rock) merupkan bebatuan kasar yang merupkan bagian terbawah dari struktur tanah.



D.   Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah.
1.      Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur suhu dan curah hujan.
v  Suhu/temperature
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila fluktuasi suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah juga cepat.
v  Curah hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2.     Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
1) Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.           Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
2) Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
3) Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput
4) Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
3.     Bahan induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan Bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.
                                                                               
4.     Topografi/relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:
v  Tebal dan tipisnya permukaan tanah

                                          Gambar 6.79 Tanah di pegunungan vulkan.


                                                            
 Sumber: www.geocities.ip











                                                         Sumber: www.asia.geocities.com
                                                         Gambar 6.80 Tanah di daerah pantai





           


                                         Sumber: Pengenalan Bentang Alam, halaman 130
Gambar 6.81 Tanah pada pegunungan kapur.


Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.

v  Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.





5.     Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumusol. Tanah tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentukan tanah.

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
1.       Tanah merupakan lapisan terluar permukaan bumi dimana disana terjadi kehidupan dan tempat berkembangnya makhluk hidup.
2.      Tanah yang terdapat pada hutan tropis Indonesia berasal dari pelapukan batubara sejak periode Tertiary.
3.      Komponen komponen penyusun tanah terdiri dari mineral mineral dari pelapukan batuan dan pelapukan makhlukhidup lainnya.
4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu iklim, vegetasi,bahan induk,topografi/relief serta waktu.

B.     Saran
Saran yang bisa saya ajukan adalah sebaiknya penelitian tentang tanah yang ada di Indonesia dilakukan bukan hnya pada hutan atau daerah tertentu tapi harus secara keseluruhan.